Kamis, 01 April 2010

MEMBANGUN RASA PERCAYA DIRI

Membangun Rasa Percaya Diri
Anak
oleh : Dr. Martin Leman
Salah satu kunci utama
kesuksesan seseorang adalah ada
tidaknya rasa percaya diri.
Berkembangnya rasa percaya diri
atau citra diri yang positif dalam
diri anak sangatlah penting untuk
kebahagiaan dan kesuksean
mereka.
Rasa percaya diri adalah
bagaimana kita merasakan
tentang diri kita sendiri, dan
perilaku kita akan
merefleksikannya tanpa kita
sadari. Sebagai contoh, anak
yang penuh percaya diri akan
memiliki sifat-sifat antara lain :
Bersifat lebih independen,
tidak terlalu tergantung
orang lain
Mampu memikul tanggung
jawab yang diberikan.
Bisa menghargai diri dan
usahanya sendiri
Tidak mudah mengalami rasa
frustasi
Mampu menerima tantangan
atau tugas baru.
Memiliki emosi yang lebih
hidup, tetapi tetap stabil
Mudah berkomunikasi dan
membantu orang lain.
Pada sisi lain, anak yang memiliki
percaya diri yang rendah /
kurang, akan memiliki sifat dan
perilaku antara lain :
Tidak mau mencoba suatu hal
yang baru.
Merasa tidak dicintai dan
tidak diinginkan
Punya
kecenderunganmelempar
kesalahan pada orang lain
Memiliki emosi yang kaku dan
disembunyikan
Mudah mengalami rasa
frustrasi dan tertekan
Meremehkan bakat dan
kemampuannya sendiri
Mudah terpengaruh orang
lain.
Orang tua , adalah pemegang
peran utama yang menentukan
perkembangan rasa percaya diri
anak. Sebenarnya hal ini sama
sekali tidak sulit, bahkan banyak
orang tua melakukannya tanpa
mereka sadari sendiri. Orang tua
kadang kurang menyadari betapa
segala perkataan dan
perbuatannya dapat memberi
dampak yang besar bagi anak
dalam perkembangannya. Berikut
ini beberapa saran yang ada
baiknya diingat dan dicoba :
Saat kita merasa senang
atau bangga terhadap anak
kita, katakanlah padanya.
Orang tua kadang jauh lebih
mudah untuk memarahi atau
mengomel atas tingkah laku anak
yang kurang baik. Sebaliknya bila
anak melakukan sesuatu yang
baik atau menyenangkan orang
tuanya, sering kita tidak
memberinya respons apa-apa.
Seorang anak tidaklah tahu saat
orang tuanya bangga atau
senang pada dirinya, dan ia butuh
untuk mendengar dari orang
tuanya bahwa ia dikehendaki dan
disayangi. Anak memiliki ingatan
yang kuat terhadap perkataan
orang tuanya, dan ingatan itu
seakan-akan ada terus dalam
kepala si anak. Demikian juga
terhadap perkataan yang
menyatakan kegembiraan dan
kebanggan orang tuanya akan
kehadirannya, akan tetap ia
ingat dan menguatkan percaya
dirinya.
Berilah pujian pada anak.
Gunakan pujian yang bersifat
deskriptif, agar anak tahu
tindakan apa yang membuahkan
pujian itu. Perhatikanlah tingkah
laku, perbuatan si anak, dan
aktivitas anak. Saat ia selesai
mengerjakan tugasnya, kita
dapat ucapkan padanya, “ Ibu
senang sekali karena kamu
membereskan kamarmu dengan
rapi…” Atau misalnya anak
menunjukkan hasil gambarnya /
hasil karyanya yang bagus , kita
dapat ucapkan , “ Wah…
gambarmu bagus … Nampaknya
kamu cukup berbakat…”
Jangan sungkan-sungkan
untuk memuji anak, bahkan jika di
depan anggota keluarga lain dan
kerabat. Pujilah tingkah lakunya
yang positif, misalnya , “ wah…
kamu memang anak yang
ramah…” Kita juga dapat memberi
pujian untuk hal yang tidak ia
lakukan, misalnya ,” Ibu senang,
kamu menurut untuk tidak
bermain hujan-hujanan…”
Ajari anak untuk membuat
pernyataan yang positif
tentang dirinya sendiri.
Berbicara pada diri sendiri adalah
hal yang cukup penting. Bahkan
para psikolog menemukan bahwa
banyak kasus depresi dan
kecemasan berasal dari kebiasaan
untuk mengatakan hal negatif
pada diri sendiri. Apa yang kita
pikirkan, menentukan bagaimana
perasaan kita, dan bagaimana
perasaan kita menentukan
perilaku kita. Oleh karena itu,
adalah hal yang penting untuk
mengajari anak untuk bersikap
positif dalam berbicara dengan
diri sendiri. Sebuah contoh
berbicara pada diri sendiri yang
positif misalnya, “ Tak apa-apa
kita kalah dalam bermain bola kali
ini,.. toh kita sudah berusaha
semaksimal mungkin…. Dan tidak
mungkin selalu menang dalam
permainan…”
Hindari kritik yang bersifat
mempermalukan si
anak.Kadangkala orang tua
memang harus mengkritik sikap
atau perilaku anak agar ia
memiliki karakter yang lebih baik.
Kritik yang ditujukan pada diri
anak sebagai personal dapat
membuat anak merasa
dipermalukan atau diserang. Oleh
karena itu, lebih baik
menggunakan kata “saya / ibu/
bapak” daripada kata “kamu”
saat memberi kritik atau teguran
pada anak. Sebagai contoh, akan
lebih baik mengatakan , “ Ibu
akan senang sekali kalau kamu
mau membereskan kamarmu tiap
pagi…” daripada mengatakan
,”Kamu ini kok jadi anak malas
sekali…Tidak bisakan kamu
membereskan kamarmu ?”
Ajari anak untuk membuat
keputusan yang bijaksana.
Tanpa disadari, setiap saat anak
membuat suatu keputusan. Ada
beberapa cara yang dapat
dilakukan orang tua untuk
meningkatkan kemampuan anak
dalam mengambil keputusan yang
baik :
Bantu anak untuk mengenali
suatu permasalahan. Tuntun
anak untuk memahami suatu
permasalahan dan bagaimana
melihatnya.
Diskusikan dengan anak, apa
saja yang mungkin menjadi
solusinya. Diskusikan baik
buruknya, konsekuensi,
kelebihan dan kekurangan
masing-masing solusi.
Biarkan anak mengambil
pilihannya, bila ia telah benar-
benar memahami
permasalahan dan
kemungkinan solusi berikut
konsekuensinya.
Setelah keputusan diambil dan
dijalankan, diskusikan hasilnya
dengan si anak. Bantu ia
mengevaluasi solusi pilihannya
itu, dan tuntun ia untuk
memperbaikinya di lain
kesempatan.
Tips tambahan untuk
membantu perkembangan
citra diri yang positif dalam
diri anak :
Ajari anak bahwa tidaklah
mungkin setiap keinginan
seseorang selalu terpenuhi.
Doronglah ia untuk bisa
mengatasi kekecewaan atau
kemarahannya secara rasional
dan proporsional , atas tidak
terpenuhinya keinginannya .
Biasakan anak untuk
mengutarakan kemauannya
secara jelas, sehingga orang lain
bisa mengerti apa yang
dikehendaki. Akan tetapi tetap
harus ditekankan bahwa tidak
ada jaminan keinginannya itu bisa
selalu terpenuhi.
Ajari anak agar ia sadar bahwa
mereka sendiri yang membuat
dan bertanggung jawab atas
segala perasaan yang dialaminya.
Tekankan padanya untuk tidak
menyalahkan orang lain atas
perasaan yang ia alami.
Doronglah anak untuk
mengembangkan hobi dan
minatnya, yang bisa memberinya
kesenangan dan bisa mereka
peroleh sendiri, tanpa tergantung
orang lain.
Ajari anak untuk mengenali
dirinya sendiri, baik kelebihan
maupun kekurangannya. Tuntun
ia untuk menerima keadaan
dirinya, kemudian untuk
memperbaiki kekurangan dirinya.
Ajari anak untuk memperlakukan
orang lain dengan cara
sebagaimana ia ingin diperlakukan
oleh mereka.
Bantu anak untuk selalu
memikirkan alternatif dan
kemungkinan lain ketimbang
hanya tergantung pada satu
pilihan saja. Seorang anak yang
hanya memiliki satu teman, jika ia
kehilangan temannya itu ia akan
kesepian dan merasa sendirian.
Tetapi bila ia memiliki banyak
teman, ia akan masih memiliki
teman yang lain.
Tertawalah bersama anak, dan
doronglah ia untuk mampu
mentertawakan diri sendiri. Orang
yang memandang dirinya dengan
terlalu serius, akan menjadi
kurang bisa menikmati hidup. Rasa
humor dan kemampuan untuk
menciptakan keceriaan, adalah
hal penting yang bisa membuat
hidup lebih menyenangkan.
Lagipula, bukankah setiap orang
pernah berbuat sesuatu yang
konyol…..
Akhir kata, nikmati hidup bersama
anak kita. Habiskanlah waktu
sebanyak mungkin dengan
mereka. Lakukanlah kegiatan
bersama sebagai sebuah
keluarga, tetapi tetap sediakan
waktu khusus bagi masing-masing
anak. Bagaimanapun keadaannya,
anak belajar tentang segalanya
dari contoh yang orang tuanya
berikan. Dengan menghabiskan
waktu bersama dengan anak,
memungkinkan orang tua
berkomunikasi akrab dengan
anak. Anak dapat berbagi
perasaan dan pikirannya dengan
bebas, dan sebaliknya orang tua
bisa memberi bantuan dan
bimbingan baginya……
23/08/00
Majalah 'Anakku' ed.4, thn 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar